PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Dada (toraks) merupakan bagian ideal untuk
pemeriksaan radiologi.Parenkim paru- paru yang berisi udara memberikan
resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar x, sehingga parenkim memberikan
bayangan yang sangat memancar. Bagian yang lebih padat udara akan sukar
ditembus sinar x,sehingga bayangannya lebih padat. Benda
yang lebih padat akan memberikan kesan berwarna lebih putih dari pada bagian
yang berbentuk udara jika dilihat pada lembar hasil radiologi dada.
Klien pada umumnya sudah terbiasa dengan pemeriksaan radiologi
rutin.Namun belakangan ini, terdapat suatu peningkatan kesadaran tentang
pemajanan berlebihan terhadap radiasi. Hendaknya klien diberikan penjelasan
yang lengkap tentang tipe pemeriksaan yang akan dilakukan dan manfaatnya dalam
hubungannya dengan risiko akibat pemajanan terhadap radiasi.
Pemeriksaan radiologi memberikan informasi mengenai :
1.
Status
sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan kontur diafragma dan jalan
napas atas.
2.
Ukuran,
kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta, nodus
limfe, dan percabangan bronchial.
3.
Tekstur dan
tingkat penyebaran udara dari parenkim paru.
4.
Ukuran,
bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal, termasuk kavitasi, area
fibrosis,dandaerahkonsolidasi.
Pemeriksaan ronsen atau radiologi dada diindikasikan untuk :
1.
Mendeteksi
perubahan paru yang disebabkan oleh proses patologis, seperti tumor, inflamasi,
fraktur, akumulasi cairan atau udara.
2.
Menentukan
terapi yang sesuai.
3.
Mengevaluasi
kesangkilan pengobatan.
4.
Menetapkan
posisi selang dan kateter.
5.
Memberikan
gambaran tentang suatu proses progresif dari penyakit paru.
Pemeriksaan ronsen dada sebaiknya
dilakukan di bagian radiologi.Pemeriksaan sinar-X standar lebih dipilih dengan
posisi berdiri, meskipun posisi duduk atau berbaring dapat dilakukan. Pemajanan
standar untuk pemeriksaan ini adalah
1.
Posterio-anterior
(PA)-sinar-X menjalar melalui punggung ke bagian depan tubuh
2.
Lateral-sinar-X
menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri)
Selain pemeriksaan standar mungkin
diperlukan juga pemajanan spesifik untuk melihat bagian-bagian spesifik dada.
Pemajanan tersebut termasuk :
1.
Oblique-film
sinar-X diarahkan miring dengan sudut spesifik
2.
Lordotis-film
sinar-X dimiringkan dengan sudut 45 derajat dari bawah untuk melihat kedua apeks paru
3. Dekubitus- film sinar-X diambil dengan posisi pasien berbaring
miring (kiri atau kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.
Prosedur
Pemeriksaan ronsen dada dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk tegak menghadap film sinar-X.Hantaran gelobang sinar-X ditembuskan dari arah posterior (posisi PA).Radiograf biasanya diambil saat inspirasi penuh, yang menyebabkan diafragma bergerak ke arah bawah.Radiograf yang diambil saat ekspirasi kadang dilakukan untuk mengetahui tingkat gerakan diafragma atau untuk membantu dalam pengkajian dan diagnosa pneumotoraks.
Pemeriksaan ronsen dada dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk tegak menghadap film sinar-X.Hantaran gelobang sinar-X ditembuskan dari arah posterior (posisi PA).Radiograf biasanya diambil saat inspirasi penuh, yang menyebabkan diafragma bergerak ke arah bawah.Radiograf yang diambil saat ekspirasi kadang dilakukan untuk mengetahui tingkat gerakan diafragma atau untuk membantu dalam pengkajian dan diagnosa pneumotoraks.
Perawatan praprosedur
Jelaskan klien tentang pemeriksaan
ini.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan nyeri dan pemajanan pada radiasi adalah
minimal.Klien harus melepaskan semua perhiasan dan pakaian dalamnya lalu
mengenakan gaun.Kaji status kehamilan klien (untuk klien wanita); wanita hamil
seharusnya tidak boleh terpajan pada radiasi.
Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan
radiologi:
a)
Kanker laring
b)
Pneumonia
c)
TB paru
d)
Abses paru
e)
Bronchitis kronik
f)
Enfisema paru
g)
Asma
PEMERIKSAAN SPUTUM
Pemeriksaan
sputum bersifat mikroskopis dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai
penyakitpernapasan. Pemeriksaan mikroskopis dapat menjelaskan organisme
penyebab penyakit pada berbagai
pneumonia bacterial,tuberkulosa,serta berbagai infeksi jamur. Pemeriksaan
etiologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma
paru-paru.Waktu terbaik pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur karena
sekresi abnormal bronkus cendrung berkumpul pada waktu tidur.
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit
paru.Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme penyebab.Perhatikan
dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.
Pemeriksaan sputum mencakup
pemeriksaan :
1.
Pewarnaan
Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang organisme yang
cukup untuk menegakan diagnosis presumtif.
2.
Kultur
sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnosa defmitif.
Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan
terapi antibiotik dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
3.
Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi
antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan
organisme yang terdapat dalam sputum. Untuk pemeriksaan ini sputum dikumpulkan
sebelum pemberian antibiotik. Pemeriksaan kulturdan sensitivitas biasanya
diinstruksikan bersamaan.
4.
Basil tahan
asam (BTA) menentukan adanya mikobakterium tuberkulosis, yang setelah dilakukan
pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.
5.
Sitologi
membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum mengandung runtuhan sel
dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel
malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel
ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan
sel.
6.
Tes
kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24 sampai 72jam.
Pengumpulan sputum
Pengumpulan sputum
Sebaiknya klien diinformasikan tentang
pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai
untuk pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang
berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering kali jika klien tidak dijelaskan
demikian, klien akan mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Sputum yang timbul
pagi hari biasanya adalah sputum yang paling banyak mengandung organisme
produktif.Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan
laboratorium.
Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum
termasuk:
1. Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum
atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi,
perbanyak asupan cairan klien.
2. Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari
kemungkinan muntah karena batuk.
3. Instruksikan klien untuk berkumur dengan air
sebelum mengumpulkan spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.
4. Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter
segera setelah spesimen terkumpul sehingga spesimen tersebut dapat dikirim ke
laboratorium secepatnya.
Jenis gangguan-gangguan yang ada
pemeriksaan sputum:
a)
Pneumonia
b)
TB paru
c)
Abses paru
d)
Asma
BRONKOSKOPI
Merupakan
teknik yang memungkinkan visualisasi
langsung trakea dan cabang- cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan
untuk memastikan diagnostik, tetapi dapat juga dilakukan untuk membuang benda
asing.Setelah bronkoskopi,pasien tidak boleh makan atau minum- minuman selama
2-3 jam sampai timbul refleks muntah.Jika tidak, pasien mungkin akan mengalami
aspirasi ke dalam trakeobronkhial.
Pemeriksaan bronkhoskopi dilakukan dengan memasukkan bronkhoskop
ke dalam trakhea dan bronkhi.Dengan menggunakan bronkoskop yang kaku atau
lentur, laring, trakhea, dan bronkhi dapat diamati.Pemeriksaan diagnostik
bronkoskopi termasuk pengamatan cabang trakheobronkhial, terhadap abnormalitas,
biopsi jaringan, dan aspirasi sputum untuk bahan pemeriksaan.Bronkhoskopi
digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis kanker paru.
Bronkhoskopi mungkin dilakukan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik.Tujuan diagnostik mencakup pemeriksaan jaringan, evaluasi lanjut tumor untuk memungkinkan bedah reseksi, pengumpulan spesimen jaringan untuk keperluan diagnosa, dan evaluasi tempat perdarahan. Sementara bronkhoskopi terapeutik dilakukan untuk tujuan mengangkat benda asing, mengangkat sekresi yang kental dan banyak, pengobatan atelektasis pascaoperatif, dan menghancurkan dan mengangkat lesi.
Perawatan praprosedur
Jelaskan prosedur pada klien
dan keluarga dan dapatkan izin tindakan dari klien. Instruksikan klien untuk
tidak makan dan minum 6 jam sebelum pemeriksaan. Informasikan pada klien bahwa
tenggoroknya mungkin akan sakit setelah bronkhoskopi, dan mungkin terjadi
kesulitan menelan pada awal setelah pemeriksaan. Klien diberikan anestesi lokal
dan sedasi intravena untuk menekan refleks batuk, dan menghilangkan
ansietas.Pemeriksaan membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit.Selama prosedur klien
berbaring terletang dengan kepala hiperekstensi. Perawat memantau tanda
vital,berbicara pada atau menenangkan klien, dan membantu dokter sesuai
kebutuhan.
Perawatan pascaprosedur
Setelah prosedur, tanda vital dipantau per protokol institusi.Amati
klien terhadap tanda distres pernapasan, termasuk dispnea, perubahan frekuensi
pernapasan, peng-gunaan otot aksesori pernapasan, dan perubahan bunyi napas.
Tidak ada pemberian apapun melalui mulut sampai refleks batuk dan menelan
kembali pulih, yang biasanya sekitar 1 sampai 2 jam setelah prosedur. Bila
klien sudah dapat menelan, berikan sehirup air.Bunyi napas dipantau selama 24
jam.Adanya bunyi napas tambahan atau asimetris harus dilaporkan pada
dokter.Dapat terjadi pneumotoraks setelah bronkoskopi.
Tujuan
bronkoskopi diagnostic adalah:
A. Untuk
memeriksa jaringan atau mengumpulkan sekresi
B.
Untuk menentukan lokasi
dan keluasan proses patologi dan untuk mendapatkan contoh jaringan guna
menegakkan diagnosis
C.
Menentukan apakah suatu
tumor dapat direkresi atau tidak melalui tindakan bedah
D. Untuk
mendiagnosa tempat pendarahan
Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan
bronkoskopi:
a)
Kanker laring : langsung dibawah anastesi umum yaitu
metoda primer untuk mengevaluasi laring. Pertumbuhan tumor dapat mengenai
ketiga area dan penampilannya dapat
beragam.
b)
Pneumonia : sputum dapat dikumpulkan melalui
bronkoskopi serat optic pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum atau
mengalami pneumonia setelah minum antibiotic atau ketika dirawat di RS.
c)
Abses paru
ANALISA GAS DARAH
Pengukuran
pH darah dan tekanan oksigen dan karbondioksida harus dilakukan saat menangani
pasien dengan masalah pernapasan dan dalam menyesuaikan terapi oksigen yang
diperlukan.Tekanan darah arteri menunjukan derajat oksigenasi darah dan tekanan
karbondioksida arteri, menunjukan keadekuatan alveolar.
Pemeriksaan
gas darah arteri membantu dalam mengkaji tingkat dimana paru-paru mampu untuk
memberikan oksigen yang adekuat dan membuang karbondioksida serta tingkat
dimana ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengekskresi ion-ion
bikarbonat untuk mempertahankan pH darah
yang normal.Analisa gas darah serial juga merupakan indicator sensitive tentang
apakah paru mengalami kerusakan setelah terjadi trauma dada.Gas-gas darah
arterididapatkan melalui fungsi arteri didapatkan melalui fungsi arteri pada
arteri radialis, brachialis atau femoralis atau melalui kateter arteri
indwelling.
Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan
Analisa Gas Darah(AGD):
a) Bronchitis
krnik =Dapat menunjukan Hipoksia
dengan Hiperkapnia
b) Enfisema Paru =
- Mengkaji fungsi ventilasidan pertukaran gas pulmonary
- Menunjukan hipoksia ringan dengan
hiperkapnia
c) Asma = Menunjukan hipoksik
selama serangan akut
d) Embolisme
paru = Menunjukan hipoksia dan hiperkapmia
Tabel nilai normal Gas DarahArteri.
Tes
|
Rentang
normal dewasa
|
Interpretasi
|
Po2
PCO2
pH
HCO3-
SaO2
|
80-100
mmHg
35-45
mmHg
7.35-7,45
21-28 MLq/L
95-100%
|
·
Meningkat =
menandakan pemberian o2 yang berlebihan
·
Menurun = mengindikasikan penyakit CAL,
bronchitis kronis, Ca bronchus dan paru-paru, cystic fibrosis, RDS, anemia,
ateletaksis atau penyebab lain yang menyebabkan hipoksia.
·
Meningkat =
mengindikasikan kemungkinanCAL , pneumonia, efek anastesi dan penggunaan
opioid(asidosis respiratori)
·
Menurun =
mengindikasikan hiperventilasi atau alkalosis respiratori
·
Meningkat =
menandakan alkalosis metabolism atau respiratori.
·
Menurun = menandakan
asidosis metabolism atau respiratori
·
Meningkat =
mengindikasikan kemungkinan asidosis respiratori sebagai kompensasi awal dari
alkalosis metabolism
·
Menurun =
mengindikasikan kemungkinan alkalosis respiratori sebagai kompensasi awal
dari asidosis metabolism
·
Menurun =
mengindikasikan kerusakan kemampuan hemoglobin untuk mengantarkan O2
kejaringan
|
Referensi : - ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
PERNAPASAN
PENERBIT:
SALEMBA MEDIKA
-
KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH, VOL.2 EDISI 8
1. FOTO THORAX POSISI PA
- Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand (kaset vertikal), MSL // garis tengah kaset.
- Kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku ditekan ke depan.
- FFD 150 cm, CR horizontal, CP pada MSL setinggi CV thoracal VI
- Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh, berikan aba- aba : tarik napas … …tahan ! ………... Nafas biasa...!
KRITERIA GAMBAR :
- Foto mencakup keseluruhan thorax, bagian atas: apeks paru-paru tidak terpotong
- Bagian bawah: kedua sinus costophrenicus tidak terpotong
- Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang
- Kedua Os scapula terlempar ke arah lateral
- C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat
- Tampak bayangan bronchus
- Foto simetris
- Tampak marker R/ L
2. FOTO THORAX POSISI AP
- Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
- Kedua lengan lurus disamping tubuh.
- Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset
- FFD: 150 cm
- CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI
- Beri marker L / R
- Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
KRITERIA FOTO THORAX POSISI AP :
- Tampak gambaran thorax proyeksi AP
- Batas atas apex paru
- Batas bawah sinus costophrenicus
- Dinding lateral tidak terpotong
- CV TH sampai ruas ke empat
- Diafragma mencapai iga IX belakang
- Tampak bayangan bronchus
- Marker L / R & identitas pasien
- Foto simetris
3. FOTO THORAX POSISI LATERAL
- Pasien diposisikan erect, MSP // kaset
- Kedua lengan dilipat di atas kepala
- Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
- FFD: 150 cm,
- CR : horizontal
- CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI
- Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
KRITERIA GAMBARAN POSISI LATERAL:
- Tampak gambaran thorax proyeksi lateral
- Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
- Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis
- Batas atas apex paru
- Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior
- Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
- Gambaran bahu tidak menutupi apex paru
DEFINISI
Bronchography adalah pemeriksaan radiologi pada lower respiratory tract.
Struktur lower respiratory tract, meliputi :
- larynx (voice box),
- trachea ,
- bronkus,
Struktur tersebut akan nampak pada x-ray film setelah contrast dye
dimasukkan melalui catheter atau bronchoscope (narrow, flexible, lighted tube).
- Contrast dye yang diinjeksikan melalui kateter atau bronchoscope dimasukkan melalui hidung atau mulut, turun ke tenggorokan selanjutnya ke trakea dan bronkus
- contrast dye akan melapisi interior walls dari struktur tersebut di atas, sehingga menampakkan anatominya.
- Selain itu, abnormalitas seperti tumor, peradangan , cysts, dan obstructions dapat dinilai.
- Sejalan dengan perkembangan teknologi CT-Scan dan Bronchoscopy , bronchography semakin jarang dilakukan.
- Prosedur lainnya yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa kelainan pada paru : bronchoscopy, CT scan Thorax, chest fluoroscopy, chest x-ray, chest ultrasound, lung biopsy, lung scan, mediastinoscopy, oximetry, peak flow measurement, positron emission tomography (PET) scan, pulmonary angiogram, pulmonary function tests, dan thoracentesis.
ANATOMI
Respiratory system dibentuk oleh organ-organ yg berfungsi bagi pertukaran
gas dan terdiri dari :
- hidung,
- faring,
- laring,
- bronkus,
- paru-paru
Upper respiratory tract terdiri dari :
- nose
- nasal cavity
- ethmoidal air cells
- frontal sinuses
- maxillary sinus
- larynx
- Trachea
Lower respiratory tract terdiri dari
- lungs,
- bronkus,
- alveoli.
INDIKASI PEMERIKSAAN
Bronchografi dilakukan untuk mendiagnosa adanya kelainan struktur ataupun
fungsi pd laring, faring dan atau bronchi
Kelainan tersebut meliputi:
- bronchiectasis - irreversible enlargement sebagai hasil dari kemunduran fungsi muscle dan jaringan elastis pd dinding bronchial. Umumnya, hal ini diakibatkan oleh chronic inflammation yang bearasal dari berbagai penyebab
- hemoptosis – batuk darah
- tracheoesophageal fistula - abnormal tract antara trachea (windpipe) dan esophagus
- tumors
- chronic pneumonia atau bronchiti
FAKTOR RESIKO
Sebagai salah satu pemeriksaan invasive, komplikasi mungkin saja terjadi.
- Komplikasi antara lain :
- infection atau pneumonia
- airway obstruction yg diakibatkan oleh contrast dye pada pasien dgn emphysema atau chronic bronchitis
- bronchospasm atau laryngospasm akibat contrast dye pd pasien asma
- Pasien yang alergi atau sensitif terhadap medikasi, MK, iodium, atau latex hrs menginformasikan kepada dokter
- Kontraindikasi juga termasuk pregnancy, productive cought, acute respiratory infection, dan respiratory insufficiency.
- Batuk dan/atau sputum pada saluran nafas dapat mengganggu penatalaksanaan bronchography.
PRE-PROSEDUR
- Informasikan prosedur pemeriksaan kepada pasien.
- Pasien diminta menandatangani IC (Informed Consent)
- Minta pasien utk menginformasikan apakah yg bersangkutan alergi atau sensitif terhadap medikasi, lokal atau general anastesi, MK (media kontras), iodium, seafood, atau latex
- Minta pasien untuk menginformasikan apabila yg bersangkutan hamil atau kemungkinan hamil
- Minta pasien menginformasikan segala obat-obatan atau herbal suplemen yg sedang dikomsumsi.
- Persiapan pasien: puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan
- Media contras yang di gunakan adalah bahan contras yang mengandung iodium antara lain lipiodol,votrolan, iohexol,dionosil. (digunakan yang osmolalitasnya rendah, non-ionik)
PROSEDUR PEMERIKSAAN
- Pasien diminta untuk melepaskan pakaian, perhiasan atau objek lainnya yang dapat menimbulkan artefak.
- Pasien diminta mengganti pakaian pasien dengan baju pasien.
- Minta pasien untuk mengosongkan vesica urinari seblum pemeriksaan berlangsung.
- Pasang infus pada pasien.
- Monitor heart rate, blood pressure, respiratory rate, dan oxygen level selama prosedur pemeriksaan
- Posisikan pasien pada meja pemeriksaan yang dapat di tilting dari posisi horizontal ke posisi upright. Perubahan posisi akan membantu distribusi Media Kontras
- Berikan sedative pada pasien
- Semprotkan lokal anastesi pada tenggorkan pasien.
- Siapkan suction untuk mengeringkan saliva pada mulut pasien dari waktu ke waktu
- Dokter memasukkan kateter atau bronchoscope turun ke tenggorokan menuju trakea dan bronkus. Selanjutnya MK disuntikkan perlahan-lahan.
- Informasikan pada pasien kemungkinan adanya rasa tidak nyaman saat kateter atau bronchoscope dimasukkan, namun saluran nafasnya didak terblock.
- Dokter akan mengambil beberapa radiograf dari berbagai posisi.
- Setelah radiograf diambil, kateter atau bronchoscope akan dilepas.
POST PROSEDUR
- Bawa pasien ke recovery room. Monitoring blood pressure, pulse, dan breathing. Bila efek dari sedative telah hilang pasien bisa pulang atau tetap di RS.
- Intruksikan pasien untuk tidak makan atau minum selam 3-4 jam atau hingga refleknya kembali normal. Informasikan kemungkinan rasa nyeri saat menelan.
- Pasien dibantu memuntahkan MK dengan postural drainage ( berbaring mendatar dengan posisi kepala lebih rendah, kemudian dokter akan menepuk-nepuk pundak pasien
- Intruksikan pasien untuk kembali memulai aktivitas rutin setelah 24 jam
- Foto thorax dapat dilakukan 24-48 jam setelah prosedur untuk mengetahui sisa-sisa MK pada saluran nafas.
- Minta pasien untuk melaporkan kalau mengalami:
- fever atau rasa panas dingin lebih dari 2-3 hari post pemeriksaan
- Kemerahan, bengkak atau perdarahan dari Intra Vena side
- Extreme hoarseness atau kesulitan nafas.
PROYEKSI PEMERIKSAAN
- Lower Lobus: tidur pada sisi paru yang akan diperiksa, dengan shoulder sisi lainnya diangkat
- Midle Lobus : miring sebesar 45 derajat, atau sama dengan posisi lower lobus
- Upper Lobus: kaki meja dimiringkan 15-30 derajat. Kepala diberi bantal agar MK tidak masuk ke esofagus.
- Posisi Horizontal: lateral, oblique dan AP
- Posisi Vertikal (erect): lateral, PA, Oblique
SEMOGA BERMANFAAT
Wednesday, December 1, 2010
A. Pengertian
Teknik pemeriksaan CT-SCAN thorax adalah teknik pemeriksaan secara
radiologi untuk mendapatkan informasi anatomis irisan crossectional atau
penampang aksial thorax.
B. Indikasi Pemeriksaan
- Tumor, massa
- Aneurisma
- Abses
- Lesi pada hilus atau mediastinal
C. Persiapan Pemeriksaan (Rasad, S, 2000)
1. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi
yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan
dengan jelas. Penderita melepaskan aksesoris seperti kalung, bra dan mengganti
baju dengan baju khusus pasien supaya tidak menyebabkan timbulnya
artefak.
2. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT-Scan thorax diantaranya:
- Pesawat CT-Scan
- Tabung oksigen
- Media kontras
- Alat-alat Suntik
- Spuit
- Kassa dan kapas
- Alkohol
3. Persiapan Media Kontras
Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT-Scan diperlukan untuk
menampakkan struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan
organ-organ lainnya dapat dibedakan dengan jelas.
Teknik injeksi intravena :
- Jenis media kontras : media kontras dengan osmolaritas rendah
- Volume media kontras : 80 – 100 ml
- Injeksi rata-rata (kecepatan) : 2 ml / detik
- Waktu Scan : melakukan scanning pada saat 25 detik setelah pemasukan awal media kontras (delay).
D. Teknik Pemeriksaan
- Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.
- Posisi objek :
- Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu indicator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas kepala.
- Memfiksasi lutut dengan menggunakan body clem.
- Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas pada saat pemeriksaan berlangsung.
- Scan Parameter Scan parameter pemeriksaan CT-Scan thorax adalah seperti tercantum pada tabel dibawah ini :
- Foto sebelum dan sesudah memasukkan Media Kontras Kasus seperti tumor dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan sesudah media kontras adalah untuk melihat apakah ada jaringan yang menyerap kontras banyak, sedikit atau tidak sama sekali.
Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan Thorax dapat diwakili
beberapa kriteria :
- Potongan axial 1
- Merupakan bagian paling superior dari thorax yang disebut apeks paru-paru. Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena jugularis interna kanan, (B) arteri karotis komunis kanan, (C) Trakhea, (D) Sternum, (E) Sternoklavikula joint, (F) klavikula, (G) Vena jugularis interna kiri, (H) arteri subklavikula kiri, (I) arteri karotis komunis kiri, (J) vertebra thorakal II – thorakal III, (K) arteri subklavia kanan, (L) prosesus acromion dari scapula, dan (M) caput humerus.
- Potongan axial 3
- Kriteria yang tampak antara lain (A) vena brachiocephalic kanan (dengan media kontras), (B) arteri innominata, (C) manubrium sterni, (D) Vena brachiophelic kiri, (E) Arteri komunis karotis kiri, (F) arteri subklavia kiri, (G) oesofagus, (H) vertebra thorakal III-thorakal IV, dan (I) trakhea.
- Potongan axial 5
- Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena kava superior, (B) Aorta ascenden, (C) Corpus sternum, (D) Window aortopulmonary, (E) oesoagus, (F) aorta descenden, (G) vertebra thorakal IV-thorakal V, dan (H) Trakhea.
- Potongan axial 7
- Kriteria gambar yang tampak antara lain (A) Vena kava superior, (B) Aorta ascenden, (C) arteri pulmonari utama, (D) Vena pulmonari kiri, (E) arteri pulmonari kiri, (F) aorta descenden, (G) Vertebra thorakal VI-thorakal VII, (H) Vena azygos, (I) oesofagus, (J) arteri pulmonari kanan.
- Potongan axial 10
- Kriteria Gambar yang tampak adalah (A) Vena kava inferior, (B) atrium kanan, (C) Katup trikuspidalis, (D) perikardium, (E) ventrikel kanan, (F) septum interventrikular, (G) ventrikel kiri, (H) atrium kiri, (I) aorta descenden, (J) vertebra thorakal IX-thorakal X, (K) Oesofagus, (L) hemidiafragma kanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar